Penyakit Jantung Bawaan Anak
Penyakit Jantung Bawaan Anak
Penyakit Jantung Bawaan Anak perlu
diwaspadai Mama, inilah pentingnya mengetahui kondisi jantung anak sejak lahir
agar mencegah risiko penyakit jantung bawaan.
Banyak orangtua yang tidak menyadari
bahwa kesehatan jantung anak mulai diperhatikan sejak lahir itu sangat penting.
Sebenarnya penyakit jantung sudah
bisa dideteksi sejak dini, bahkan mungkin sejak bayi baru lahir.
Dengan melakukan echocardiografi
sejak lahir, hal ini dapat membantu mendeteksi penyakit-penyakit anak terutama
terkait jantung bawaan.
Kesadaran penyakit jantung bawaan
atau disebut juga congenital heart disease awareness.
Mungkin tak sedikit dari kita
mengetahui risiko terkena penyakit jantung hanya pada orang dewasa saja.
Namun, kenyataannya pada bayi dan anak
juga bisa terkena penyakit jantung.
Pada bayi dan anak yang mengalami
kelainan jantung, sebagian besarnya adalah penyakit jantung bawaan.
Artinya pada saat seorang Mama
hamil, terutama pada trimester pertama kehamilan, memang sudah terjadi masalah
pada anatomi janinnya, bisa ada kebocoran atau penyempitan jantung.
Jadi, saat bayi dilahirkan memang
jantungnya sudah ada kelainan pada anatominya, seperti misalnya irama
jantungnya lebih rendah.
Dan ada juga penyakit jantung yang
didapat, lahir dalam kondisi normal dan sehat secara anatomi, tetapi kemudian
anak terkena penyakit pada masa kanak-kanaknya.
Misalkan penyakit jantung rematik
atau penyakit kawasaki.
Artinya, tak sedikit anak-anak juga
bisa terkena penyakit jantung didapat (PJD), atau penyakit jantung bawaan,
bahkan kejadian ini cukup sering ditemukan pada anak.
Menurut data WHO, menunjukkan bahwa
sekitar 1 dari 100 bayi baru lahir mengalami penyakit jantung bawaan (PJB) dan
25% PJB tersebut merupakan PJB kritis.
Di Indonesia sendiri, terdapat 5
juta bayi lahir, diperkirakan ada 45.000 - 50.000 bayi lahir sejak tahun itu
yang terkena penyakit jantung bawaan.
Jadi, sebetulnya masalah ini cukup
signifikan sebagai penyebab kontributor terhadap angka kematian bayi dan juga
anak.
Maka dari itu, sangat penting
awareness dari para orangtua untuk deteksi awal dan merujuk sejak dini mengenai
penyakit jantung yang bisa dialami oleh anak-anak.
Jangan sampai terlambat untuk segera
lakukan intervensi lebih lanjut terkait penyakit jantung dan cara
penanganannya.
Berikut ini adalah beberapa
informasi terkait penyakit jantung bawaan pada anak.
Ini sangat penting untuk diketahui
oleh orangtua dalam mengenali sedini mungkin, bahkan sejak lahir, terkait
penyakit jantung bawaan pada anak.
Pengembangan layanan jantung pada anak
Dalam rangka Hari Kesadaran Penyakit
Jantung Bawaan (PJB), IDAI menyelenggarakan sosialisasi secara daring.
Yakni tentang penyakit jantung
bawaan anak di Indonesia dan pengembangan layanan jantung anak kedepannya.
Mengapa masalah pelayanan jantung anak
di Indonesia penting untuk diketahui bersama?
Jadi, jika merujuk pada
negara-negara maju, data-data yang dimuat oleh berbagai sumber Internasional
dinilai cukup akurat.
Berikut disampaikan oleh dr. Rizky
Adriansyah, M.Ked (Ped), Sp.A(K) - Ketua Unit Kerja Koordinasi Kardiologi IDAI
dalam seminar kesehatan dan penyakit jantung bawaan anak secara daring, pada
Selasa (14/2/2023) :
"Di Indonesia sendiri memang
beragam masalah pendataan, penyakit, dan sistem rujukan yang belum optimal
sehingga belum memiliki data yang dipakai belum pasti, namun diperkirakan
balita PJB setiap tahunnya, jika ada 5 juta bayi lahir maka ada sekitar 50.000
bayi lahir dengan PJB dan 12.500-nya adalah PJB kritis,"
Menurut data di Indonesia pada tahun
2017, menunjukkan bahwa :
penyakit bawaan merupakan penyumbang
terbesar (setelah prematuritas), sebagai penyebab kematian pada masa neonatus
(17%).
Apabila penyakit bawaan tersebut,
memang yang paling sering terjadi adalah penyakit jantung bawaan.
Selain itu, menurut penelitian oleh
Indah KM, dkk di Yogyakarta (2020) menjelaskan bahwa :
sekitar 80% kasus PJB kritis
terlambat dirujuk ke layanan tersier, dan 60% kasus PJB kritis meninggal akibat
keterlambatan diagnosis.
Perlu diketahui bahwa penyakit
jantung bawaan ini diibaratkan seperti fenomena gunung es.
Kasus yang tidak tampak itu
sebenarnya jauh lebih banyak daripada kasus yang tampak.
Artinya, yang selama ini sering
dilihat adalah penyakit jantung bawaan yang bisa bertahan sampai dewasa atau
pun yang meninggal disebabkan terlambat dirujuk itu merupakan bagian dari yang
tampak.
Sementara, pada sebagian kasus-kasus
yang tidak tampak itu, umumnya dikarenakan :
- tidak tertanganinya pasien di rumah sakit rujukan
- atau bayi meninggal didiagnosis tanpa sebab yang jelas,
hanya diduga oleh karena jantung bawaan.
Faktor meningkatnya kontributor kematian bayi baru lahir di Indonesia
Menurut Standar Kompetensi Dokter
Indonesia (SKDI) tahun 2017 :
ada beberapa faktor yang
mengakibatkan meningkatnya kontributor kematian bayi baru lahir di Indonesia termasuk
kematian akibat PJB kritis,
faktor tersebut di antaranya adalah
:
- Kurangnya komunikasi antar faskes.
- Menolak dirujuk atau terlambat dirujuk.
- Stabilisasinya tidak ada pra-rujukan inadekuat.
- Terlambat mendapat pertolongan.
Dari sekian banyak kasus, salah satu
kasus yang menyebabkan kematian bayi baru lahir ini dikarenakan terdapat
penyakit jantung bawaan kritis.
Untuk mencegah prevalensi angka
kematian tersebut, salah satu yang saat ini sedang dikembangkan IDAI pada
program pertama dalam menangani kasus ini yaitu pengembangan sistem rujukan
berbasis telemedisin.
Jadi, terdapat penanganan awal
terlebih dahulu melalui komunikasi antara dokter spesialis dengan dokter
subspesialis sebelum pasien dirujuk.
Sehingga, diharapkan untuk bisa
ditangani lebih optimal di rumah sakitnya yang disebut sebagai tata laksana
awal.
Selain itu, IDAI juga akan melakukan
skrining PJB kritis yang dilaksanakan secara menyeluruh di berbagai fasilitas
kesehatan di masyarakat.
Dengan adanya program skrining ini,
diharapkan nantinya akan lebih baik lagi kedepannya.
Pencegahan peningkatan angka kematian bayi akibat PJB kritis
Adapun angka kematian Neonatal (15
per 1000 kelahiran) dari penyakit jantung bawaan kritis, dapat mengancam nyawa
sekitar 2 - 4 per 1000 kelahiran hidup.
Hal inilah yang menjadi penyumbang
terjadinya peningkatan angka kematian balita.
IDAI sendiri berharap dengan
terlaksananya program seperti skrining, dapat memudahkan untuk diagnosis
pasien, dan meningkatkan upaya tata laksana PJB dan PJB kritis.
Diharapkan juga adanya program ini
membantu menurunkan angka kematian di tahun 2030 untuk turun menjadi 12 per
1000 kelahiran.
Tindakan Pencegahan
Apa yang bisa dilakukan untuk
mencegah peningkatan angka kematian bayi akibat PJB kritis?
Deteksi dini penyakit jantung bawaan
kritis, yaitu bisa dilakukan di puskesmas pada balita yang tampak sehat dengan
melakukan pemeriksaan skrining melalui (Pulse oximetry screening).
Sementara pada balita bergejala
(simtomatik) mungkin bisa dilakukan dengan pemeriksaan skrining melalui (ekokardiografi)
untuk menegakkan diagnosis secara akurat.
Peningkatan kemampuan rumah sakit
rujukan atau faskes sekunder untuk memberikan tata laksana awal PJB kritis.
Peningkatan kemampuan rumah sakit
atau faskes tersier untuk memberikan tata laksana lanjutan PJB kritis.
Adapun pemeriksaan juga didukung
dengan alat oksimetri pada bayi baru lahir di fasilitas kesehatan tingkat
pertama (FKTP).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan
No. HK.01.07/Menkes/1936/2022 :
pemeriksaan sedini mungkin dapat
dilakukan pada bayi sehat, yang sangat dianjurkan apabila dilakukan pada usia
memasuki 24 - 48 jam.
Tujuannya adalah untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya risiko mengalami penyakit jantung bawaan kritis sedini
mungkin pada bayi baru lahir.
Hal tersebut dapat dilakukan di
berbagai pelayanan fasilitas kesehatan, baik itu oleh dokter ataupun bidan.
Dengan menggunakan alat oksimetri
khusus neonatus / bayi ini dinilai paling ideal untuk membantu mendeteksi
diagnosis kemungkinan penyakit jantung bawaan, terutama PJB kritis.
Adapun 2 program usulan UKK
Kardiologi IDAI untuk mengatasi rendahnya deteksi dini PJB kritis di Indonesia
yaitu dengan melakukan pelatihan skrining PJB.
Pelatihan singkat skirining PJB
kritis dengan menggunakan alat pulse oksimeter bagi tenaga kesehatan seperti
dokter, bidan, dan perawat, serta pelatihan ekokardiografi berbasis telemedisin
untuk dokter SpA.
Lalu, dokter puskesmas dilatih untuk
bisa menggunakan alat oksimeter itu dengan sebutan INPOST atau singkatan dari
Indonesian Newborn Pulse Oximetry Screening Training.
Dilakukan pengadaan alat :
- pulse oksimeter khusus neonatus untuk disediakan di
seluruh FKTP (puskesmas/praktek bidan), dan
- ekokardiografi mobile untuk fasilitas kesehatan tingkat
lanjut (rumah sakit tipe C).
Penyebab penyakit jantung bawaan pada anak
Adapun penyebab penyakit jantung
bawaan pada anak belum diketahui secara pasti.
Tapi ada beberapa faktor risiko yang
bila itu terjadi kemungkinan penyakit jantung bawaan biasanya terjadi pada saat
mama sedang hamil.
Menurut dr. Rizky Adriansyah, M.Ked
(Ped), Sp.A(K) :
"Misalnya pada waktu hamil,
Mamanya terinfeksi rubela itu bisa saja setelah lahir bayinya mengalami
penyakit jantung bawaan. Atau ada beberapa faktor risiko lagi misalnya Mamanya
mengonsumsi obat-obatan biasanya seperti obat kejang yang bisa mengakibatkan
gangguan pada proses pembentukan janin di dalamnya,".
Selain itu, terdapat beberapa faktor
lain yang berkaitan pada penyakit yang didiagnosis oleh sang mama ketika masa
kehamilan.
Yakni adanya penyakit sindrom
metalik yang dapat menyebabkan anak bisa terkena penyakit jantung bawaan.
Menurut Dr Piprim Basarah Yanuarso,
SpA(K) - Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) :
"Penyebab lain terjadinya
penyakit jantung bawaan pada anak, ada beberapa yang bisa berkaitan misalnya
seperti infeksi rubela dan juga ada penyakit yang sindrom metalik pada mama,
misalnya mamanya obesitas, diabetes itu juga bisa bikin anaknya terkena
penyakit jantung bawaan. Jadi, ada istilahnya preventable disease, apabila
mamanya diintervensi penyakit sindrom metaboliknya itu bisa juga diperbaiki
kualitas janinnya,".
Adapun pencegahan penyakit jantung
bawaan pada anak salah satunya yang penting dilakukan adalah vaksin rubela.
Hal ini dilakukan untuk mencegah
supaya selama Mama hamil agar diusahakan jangan sampai terkena infeksi apapun.
Kemudian, Mama juga dianjurkan untuk
selalu mengonsumsi makanan yang bergizi selama hamil dan konsumsi suplemen asam
folat.
Pantangan bagi anak-anak penyakit jantung bawaan
Pada anak yang memiliki kelainan
jantungnya dengan defect yang kecil atau ringan serta tidak menimbulkan
gangguan hemodinamik atau disebut juga tidak mengalami suatu gagal jantung.
Pada dasarnya, untuk anak-anak
tersebut tidak ada pembatasan tertentu.
Dokter hanya akan melakukan
pembatasan pada anak yang memiliki gagal jantung.
Aktifitas Berat
Apabila ada anak penyakit jantung
bawaan yang mengalami gagal jantung dengan defect yang sedang sampai berat,
biasanya akan dilakukan pembatasan.
Misalnya seperti tidak boleh
melakukan aktivitas yang berat.
Artinya, adapun penyakit jantung
sangat variatif sekali berbagai saran atau masukan dokter terhadap pasien.
Hal ini tergantung jenis pada
penyakit jantung bawaannya ada atau tidaknya gagal jantung, atau tidak
mengalami gagal jantung biasanya tidak ada pembatasan aktivitas.
Menjaga Pola Makan
Selain itu, pentingnya menjaga pola
makan yang kaya akan nutrisi untuk diberikan ke anak-anak yang mengalami
penyakit gagal jantung.
Menurut Dr Piprim Basarah Yanuarso,
SpA(K) :
"Sama seperti jargon yang
disuarakan oleh Kemenkes 'Isi Piringku Kaya akan Protein Hewani' itu sangat
tepat. Bahkan, untuk anak-anak yang memiliki sakit jantung bawaan sangat
diperlukan protein hewaninya. Jadi, jangan sampai anak-anak yang sudah
jantungnya bocor diberikan makan junkfood, minuman yang manis-manis, dan segala
macam. Nanti penyakitnya bisa double, terkena jantung bawaan iya dan juga
terkena obesitas ataupun diabetes,".
Umumnya, menjaga pola makan yang
sehat itu sangat penting, apalagi anak-anak dengan kelainan jantungnya yang
bermasalah.
Apabila penyakit jantungnya yang
defect besar yang bikin gagal tumbuh anak, dianjurkan memberikan anak dengan
tinggi kalori rendah volume.
Sebagaimana pernyataan lanjutan dari
Dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) :
"Misalnya seperti
makanan-makanan yang padat atau kalau dalam bentuk cairan misalnya susu yang
tinggi kalori, kalau si Kecil belum bisa makan yang padat. Untuk makanannya
yang padat tinggi kalori dari protein dan lemak, jadi cairannya yang
dibatasin,".
Jadi, intinya adalah kebutuhan
protein hewani memang harus cukup sesuai dengan usia si anak.
Anak dengan penyakit jantung bawaan
juga sama tidak terkecuali bahkan mereka butuh lagi asupan nutrisinya.
Kesimpulan
Nah itulah pentingnya mengenali
penyakit jantung bawaan pada anak dengan mendeteksinya sejak awal agar PJB pada
anak segera ditangani.
Apabila anak mengalami tanda gagal
tumbuh maka perlu kesadaran bagi orangtua membawanya untuk berkonsultasi dengan
dokter spesialis anak dan dokter spesialis jantung.
Hal ini dilakukan supaya penyakit
anak bisa terdeteksi dan dilakukan intervensi bagaimana penanganannya.
Penutup
Demikian artikel dari Kamus Mama mengenai Penyakit Jantung Bawaan Anak.
Mohon saran dari pembaca untuk
kelengkapan isi artikel ini, silahkan saran tersebut dapat disampaikan melalui
kolom komentar.
Baca artikel lain :
Sumber referensi :
- wikipedia.org
- berbagai sumber
Posting Komentar untuk "Penyakit Jantung Bawaan Anak"